Mengantar Calon Haji untuk Mengantar Haji

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSLywDlOiHyGl4zYViDFnb9EI-OG_PqTklI0I-V_CnymH_11LMlzA

SETIAP tahun, setiap mau musim haji, setiap itu pula ada kesempatan mempertebal tekad dan keinginan untuk pergi naik haji. Keinginan menunaikan rukun Islam ke-5 bagi muslim/ah adalah keinginan hakiki. Keinginan ini terkadang bahkan melebihi keinginan melaksanakan empat rukun lainnya.

Seperti hari ini, Kamis (13/09) pagi ini, ketika Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun mengadakan acara pelepasan jamaah calon haji di lingkungan instansi yang mengurus pendidikan dan saya bekesempatan mengikuti prosesi seremoni yang dilengkapi dengan acara ‘tepuk tepung tawar’ itu, rasanya saya berkeinginan kembali untuk pergi ke Tanah Suci. Walaupun baru lima musim haji yang lalu saya berkesempatan pergi, keinginan untuk kembali ke sana selalu muncul di setiap tahun mengantar jamaah calon haji. Bahkan di tahun pertama sekembali dari Tanah Suci. Keinginan kembali menunaikan rukun Islam terakhir itu pasti dirasakan oleh semua yang sudah melaksanakannya.
Sementara bagi yang sudah melaksanakan haji saja begitu
besar hasrat untuk dan ingin pergi lagi, bagaimana dengan yang belum mendapat paggilan dari Yang Maha Suci itu? Tentulah motivasi untuk berangkat haji itu sangatlah tinggi.
Lalu bagaimana agar hasrat naik haji bisa terealisasi? Ternyata tidak cukup diukur dan dikarenakan  kemampuan keuangan saja hasrat naik haji dapat terlaksana. Ternyata uang tidak menjadi segala-galanya dalam terealisinya pergi haji. Ada faktor lain yang justeru lebih menentukan.
Faktanya, cukup banyak muslim/ah yang kebetulan berekonomi kuat. Memiliki harta benda dan uang melimpah tapi begitu banyak pula orang seperti ini yang belum berkesempatan naik haji. Selalu saja ada alasan untuk tidak pergi atau setidak-tidaknya menunda pergi. Ada yang bahkan sudah melunasi ONH-nya namun hingga akhir hayatnya tidak pernah sampai ke Tanah Suci.
Sebaliknya begitu banyak pula yang sepintas kelihatan berekonomi sedang-sedang saja. Profesinya juga tidak terlalu istimewa seperti pedagang kaki lima atau pegawai rendahan. Tapi begitu ramai muslim seperti ini yang mendapat panggilan haji ke Tanah Suci. Dengan menabung sangat lama atau mendapat biaya dari pihak lain, namun Allah memanggilnya ke sana.
Ternyata yang jauh lebih menentukan dari segala-galanya adalah keinginan atau tekad kuat untuk berangkat. Tekad kuat untuk berangkat itu harus pula dibuktikan dengan senantiasa mendekatkan diri dan berdoa kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Lebih dari itu selalu pula mengikuti acara-acara pelepasan keberangkatan haji baik yang dilaksanakan secara pribadi maupun oleh organisasi atau pemerintah. Setiap ada kesempatan mengantar calon haji, sebaiknya kita ikut memberi doa restu.
Biasanya, satu atau dua bulan menjelang haji, para calon tamu Allah itu masing-masing akan membuat acara kenduri/ doa selamatan keberangkatan haji. Instansi atau organisasi tertentu yang anggotanya akan naik haji, biasanya juga membuat acara yang sama. Jika kita kebetulan diundang datang, janganlah kesempatan untuk datang ini disia-siakan. Mengikuti kenduri atau acara  mengantar haji, terbukti mampu memompa semangat dan keinginan berangkat haji. Dan misteri di balik ini, selalu terbukti ada saja jalan terbuka untuk membuat kita berangkat haji.
Jadi, niat untuk berhaji semestinya diikuti dengan selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatan calon haji. Mengantar calon haji, insyaallah akan membuka jalan untuk mengantar diri kita pergi haji. Semoga.***

1 komentar: